P.Benediktus Bere Mali, SVD*
Setiap kali bertemu muka dengan konseli di ruang konseling konseli akan bercerita tentang pengalaman penolakan yang datang dari luar dan dari dalam dirinya. Luka perih yang sangat sakit di lubuk hati tercipta dari buah-buah hasil penolakan internal maupun eksternal. Reaksi negatif tak bertepi terhadap penolakan eksternal maupun internal yang tak berkesudahan adalah luka abadi yang tak pernah diselsaikan karena tiada obatnya yang ditemukan. Obat satu-satunya yang paling mujarab untuk menyembuhkan luka akibat penolakan dari sesama dan penolakan terhadap diri sendiri adalah menerima sesama yang menolak kita dan menerima diri dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Hanya dengan demikian setiap orang dapat hidup lebih nyaman dan damai di hati. Setiap penolakan dari luar dilihat dari segi positif bahwa penolakan adalah peluang untuk purifikasi diri baik yang berkaitan dengan pelayanan terhadap diri dan tugas pelayanan terhadap sesama. Pemurniaan pelayanan terhadap sesama berkat penolakan-penolakan yang dialami dan diterima.
Bacaan Injil hari ini tentang Yesus ditolak oleh orang- orang sekampungnya sendiri ketika Yesus datang ke daerah-Nya sendiri mengajar mereka dengan begitu meyakinkan mereka yang mendengarkan pengajaran-Nya. Ada begitu banyak orang yang mengakui keunggulan Yesus yang sangat muda usia-Nya 30 an Tahun. Tetapi saudara dan saudari-Nya menolak-Nya. Kalau Yesus menanggapi penolakan secara reaktif emosional maka barangkali Yesus boleh mendaraskan Lagu Ishak ini kepada saudara dan Saudari sekampung-Nya yang menolak-Nya, "Sakitnya tu di sini." Sekali lagi "sakitnya tu di sini." sekali lagi sakitnya tu di sini di hati ku (sampil menunjuk jantung hati) yang sangat perih sekali. Tetapi Yesus tenang menghadapi penolakan yang sangat dahsyat karena dari sanak saudara dan orang sekampung-Nya sendiri. Yesus sadar bahwa penolakan ini sebagai purifikasi atas karya pengajaran kepada orang Nazareth kampung asal-Nya sendiri. Orang Nazareth butuh proses dan waktu untuk menerima Yesus sebagai Mesias yang dinanti-nantikan tetapi sudah hadir di antara mereka. Yesus perlu menyebarkan pengajaran-Nya bukan mulai dari Nazareth yang belum siap menerima-Nya tetapi pergi ke tempat-tempat lain yang siap menerima pengajaran-Nya.
Bacaan pertama menegaskan Yeheskiel ditolak oleh Bangsa Israel. Tetapi Yeheskiel utusan Allah tetap menerima orang Israel yang menolaknya dan melakukan yang terbaik kepada bangsa Israel yang menolaknya. Yeheskiel sadar bahwa Bangsa Israel juga belum siap menerima Allah yang diwartakan Nabi Yeheskiel kepada mereka. Penolakan itu tidak meruntuhkan semangat Yeheskiel mewartakan Firman Allah kepada bangsa Israel. Yeheskiel seperti titik embun kebaikan yang terus jatuh atas batu yang sulit dibentuk akhirnya lama kelamaan batu itu terbentuk. Yeheskiel melayani Bangsa Israel sesuai kehendak Allah yang mengutusnya kepada bangsa Israel untuk menyelamatkan mereka.
Bacaan Kedua menegaskan tentang solusi atas penolakan eksternal yang bertubi-tubi datangnya dan bagaimana Paulus menanggapinya dengan sangat positif. Kelemahan - kelemahan dirinya tidak membuat dia semakin terpuruk akibat penolakan terhadap kelemahan diri. Tetapi justru Paulus melihat kelemahan dan ketidaksempurnaan diri sebagai peluang untuk membuka pintu kerendahan hati di hadapan Allah agar Allah boleh datang mendiami hatinya dan menguatkannya meskipun sebagai manusia memiliki kelemahannya. Maka berdasarkan pengalaman akan penolakan terhadap dirinya secara bertubi-tubi itu, Paulus dalam bacaan Kedua berkata "Jika aku lemah maka aku kuat."
Bacaan bacaan Suci hari ini intinya tentang percaya atau iman kepada Tuhan. Beriman berarti menerima Yesus bukan menolak Yesus dalam kata dan aksi, dalam bahasa verbal dan non verbal. Beriman berarti menerima diri dan sesama sebagai gambaran Allah yang hidup nyata dalam diri dan sekitar kita. Di sini semakin jelas beriman berarti menerima manusia sebagai gambaran Allah. Beriman berarti menerima manusia yaitu menerima diri sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Tokoh tokoh iman dalam bacaan Suci hari ini yaitu Yeheskiel, Paulus dan Yesus mengalami penolakan eksternal yang dahsyat atas diri mereka. Tetapi mereka menerima penolakan itu dan melihat penolakan dengan kacamata positif. Penolakan sebagai peluang untuk memurnikan karya pelayanan. Mereka sadar bahwa orang orang yang menerima pewartaan tetapi menolak karena mereka belum memiliki hati dan budi serta pengaruh lingkungan sosial yang belum siap untuk menerima pewartaan Tuhan Yesus, Yeheskiel dan Paulus. Kita belajar dari tiga tokoh iman ini bahwa kita memiliki peluang ke depan untuk mengalami penolakan tetapi seperti tiga tokoh iman kita ini bahwa kita menerima penolakan secara tenang dan tetap melakukan yang baik kepada mereka yang sering bahkan selalu menolak kita.***
Liturgia Verbi (B-I)
Hari Minggu Biasa XIV
Minggu, 4 Juli 2021
Bacaan Pertama
Yeh 2:2-5
"Mereka adalah kaum pemberontak!
Tetapi mereka akan mengetahui
bahwa seorang nabi ada di tengah-tengah mereka."
Pembacaan dari Nubuat Yehezkiel:
Sekali peristiwa,
kembalilah rohku ke dalam tubuhku,
dan aku ditegakkannya.
Maka aku mendengar Allah yang berbicara dengan aku.
Beginilah Firman-Nya, "Hai anak manusia,
Aku mengutus engkau kepada orang Israel,
kepada bangsa yang memberontak melawan Aku.
Mereka dan nenek moyang mereka telah mendurhaka terhadap Aku
sampai hari ini juga;
mereka keras kepala dan tegar hati!
Kepada keturunan inilah Aku mengutus engkau!
Kepada mereka harus kaukatakan:
Beginilah firman Tuhan Allah.
Dan entah mereka mendengarkan entah tidak
-- sebab mereka adalah kaum pemberontak, --
mereka akan mengetahui
bahwa seorang nabi ada di tengah-tengah mereka."
Demikianlah sabda Tuhan.
Mazmur Tanggapan
Mzm 123:1-2a.2bcd.3-4,R:2cd
Refren: Mata kita memandang kepada Tuhan,
sampai Ia mengasihi kita.
*Kepada-Mu aku melayangkan mataku,
ya Engkau yang bersemayam di surga.
Lihat, seperti mata para hamba laki-laki
memandang kepada tangan tuannya.
*Seperti mata hamba perempuan
memandang kepada tangan nyonyanya,
demikianlah mata kita memandang kepada Tuhan, Allah kita,
sampai Ia mengasihani kita.
*Kasihanilah kami, ya Tuhan, kasihanilah kami,
sebab kami sudah cukup kenyang dengan penghinaan;
sudah cukup kenyanglah jiwa kami
dengan olok-olok orang yang merasa aman,
dengan penghinaan orang-orang yang sombong.
Bacaan Kedua
2Kor 12:7-10
"Aku lebih suka bermegah atas kelemahanku,
agar kuasa Kristus turun menaungi aku."
Pembacaan dari Surat Kedua Rasul Paulus
kepada Jemaat di Korintus:
Saudara-saudara,
agar aku jangan meninggikan diri
karena penyataan luar biasa yang aku terima,
aku diberi suatu duri dalam dagingku,
yaitu seorang utusan Iblis
untuk mengecoh aku, agar aku jangan meninggikan diri.
Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan,
supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku.
Tetapi jawab Tuhan kepadaku,
"Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu,
sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna."
Sebab itu aku lebih suka bermegah atas kelemahanku,
agar kuasa Kristus turun menaungi aku.
Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan,
di dalam siksaan, kesukaran, penganiayaan dan kesesakan
oleh karena Kristus.
Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.
Demikianlah sabda Tuhan.
Bait Pengantar Injil
Luk 4:18
Roh Tuhan ada pada-Ku,
dan Aku diutus-Nya menyampaikan kabar baik
kepada orang-orang miskin.
Bacaan Injil
Mrk 6:1-6
"Seorang nabi dihormati di mana-mana
kecuali di tempat asalnya sendiri."
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus:
Sekali peristiwa
Yesus tiba kembali di tempat asal-Nya,
sedang murid-murid-Nya mengikuti Dia.
Pada hari Sabat Yesus mengajar di rumah ibadat,
dan jemaat yang besar takjub ketika mendengar Dia.
Mereka berkata, "Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?
Hikmat apa pulakah yang diberikan kepada-Nya?
Dan mujizat-mujizat yang demikian
bagaimana dapat diadakan oleh tangan-Nya?
Bukankah Ia ini tukang kayu, anak Maria?
Bukankah Ia saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon?
Dan bukankah saudara-saudara-Nya yang perempuan ada bersama kita?"
Lalu mereka kecewa dan menolak Dia.
Maka Yesus berkata kepada mereka,
"Seorang nabi dihormati di mana-mana,
kecuali di tempat asalnya sendiri,
di antara kaum keluarganya dan di rumahnya."
Maka Yesus tidak mengadakan satu mujizat pun di sana,
kecuali menyembuhkan beberapa orang sakit
dengan meletakkan tangan-Nya atas mereka.
Yesus merasa heran atas ketidakpercayaan mereka.
Lalu Yesus berjalan keliling dari desa ke desa sambil mengajar.
Demikianlah sabda Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar